Senin, 22 Februari 2010

Kini Banjir Hanya Semata Kaki

AJUN Inspektur Dua Ngadimin tidak lagi tersenyum kecut saat hujan deras mengguyur pos polisi Kebon Nanas, di tepi jalan DI Panjaitan, Jakarta, tempatnya bertugas selama 20 tahun.

Hulu Kali Cipinang, yang berada tepat di belakang pos polisi tempatnya menjaga keamanan dan lalu lintas itu, sekarang lebih jinak. Jalan DI Panjaitan di sekitar Kebon Nanas, yang menjadi tanggung jawabnya, juga tidak lagi sebentar-sebentar macet karena banjir. Kalaupun ada banjir, katanya, hanya semata kaki dan surut begitu hujan berhenti.

Ngadimin hanya tahu satu hal mengapa banjir tidak lagi rajin datang seperti tahun-tahun sebelumnya. "Kali belakang lebih lancar," katanya pekan lalu.

Kali Cipinang di belakang pos itu lebih lancar karena Kanal Banjir Timur sudah beroperasi sejak 31 Desember lalu. Sodetan itu berawal dari Kali Cipinang di belakang kuburan Tionghoa di Kebon Nanas, Jakarta Timur, mengular sepanjang 23,5 kilometer hingga menyentuh Laut Jawa di Marunda, Jakarta Utara.

Proyek ini belum sepenuhnya kelar. Gubernur Fauzi Bowo mengatakan trase basah (jalur air kanal) baru 99 persen, karena masih ada beberapa titik yang belum mencapai lebar maksimal. Lebar kanal bervariasi antara 70 dan 100 meter.

Daerah bibir sungai atau trase kering apalagi. Fauzi mengatakan masih terdapat 500 ribu meter persegi tanah yang harus dibebaskan untuk membangun tepian sungai.

Wakil Gubernur Prijanto menyatakan, dari total 13 kelurahan yang dilalui Kanal Timur, baru 6 kelurahan yang trase keringnya siap diukur dan disosialisasikan ke masyarakat. Masalah penggantian tanah warga itu juga terhambat belum keluarnya Nilai Jual Obyek Pajak 2010 dari Kantor Pajak. "Jadi belum ada patokan harga karena NJOP berubah setiap tahun," ujarnya kepada Tempo.

Trase kering lebarnya beda-beda. Di hulu sekitar 18 meter dan di hilir 9 meter. Lahan itu akan digunakan untuk sarana penunjang seperti jalan inspeksi dan jalur hijau. Pemerintah telah menyiapkan 5000 pohon untuk menghijaukan tepian Kanal Timur. Diantaranya adalah jenis pohon trembesi.

Prijanto memastikan, belum rampungnya trase kering tidak akan mengganggu kinerja Kanal Timur dalam menghadang banjir Jakarta, yang didesain dengan kapasitas laju air 370 meter kubik per detik. "Sampai hujan deras tadi debit airnya tidak sampai luber," katanya.

Sodetan itu memang mengurangi debit air di lima sungai yang kerap jadi biang kerok banjir: Cipinang, Sunter, Buaran, Kramat Jati, dan Cakung. Daerah cakupannya mencapai 20 ribu hektare di belahan timur dan utara Ibu Kota.

Tentu saja tidak semua banjir teratasi. Banjir kiriman Bogor via Ciliwung, misalnya, masih menghantui Jakarta. Begitu pula di sejumlah wilayah yang memang bukan "daerah kerja" lima sungai di daerah Jakarta timur dan utara yang dijinakkan kanal banjir itu.

Tapi setidaknya, menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta Budi Widiantoro, mulai beroperasinya Kanal Timur mengurangi sedikitnya enam titik genangan, yaitu di Cipinang, Cipinang Jaya, Pulo Mas, Pulo Gadung, Kelapa Gading, serta Sunter. "Padahal daerah-daerah itu langganan banjir," katanya kepada Tempo di Balai Kota, Kamis (18/2). Pada 2007 lalu misalnya, banjir di perumahan mewah Kelapa Gading mencapai kedalaman 1,5 meter.

Sejak awal tahun hingga puncak musim penghujan Februari ini, Budi melanjutkan, daerah-daerah itu bebas banjir. "Termasuk saat ada (debit sungai tinggi) kiriman dari Bogor beberapa hari lalu," katanya.

Warga pun mulai menikmati hasil proyek ini. Seorang warga yang sudah delapan tahun tinggal di Cipinang Muara, Ratna, 42 tahun, misalnya, mengatakan, "Baru tahun ini tidak banjir." Ini adalah kasus pertama sejak delapan tahun dia tinggal di kawasan yang lebih rendah dari sekitarnya itu. "Biasanya hujan bentar, air langsung sebetis," katanya.

Pasalnya got-got yang biasanya mampet dan jadi penyebab banjir, kini mengalir lancar ke Kali Cipinang. "Sekarang ujan deras lama juga tidak banjir," ujar Ratna tersenyum.

Zamriful, 59 tahun, warga RT 7 RW 10 perumahan Cipinang Elok juga mengaku rumahnya bebas banjir. "Paling air tergenang sebentar di jalan, tapi langsung hilang habis hujan berhenti," katanya.

Di masa lalu, daerah itu memang sangat ganas. Ngadimin, pak polisi dari pos Kebon Nanas itu, misalnya masih sangat ingat bagaimana banjir besar 2002 merendam kantornya hingga dada.

Kaca jendela kantor pecah akibat meja kayu hanyut terhempas gelombang. Dua hari lamanya air tergenang di dalam pos polisi malang itu. "Sampai harus keluarkan sendiri pakai ember," katanya mengenang dengan kecut.

Kesibukannya bertambah lantaran harus mengatur arus lalu lintas di depan kantornya, persimpangan Kebon Nanas yang selalu padat. "Panjang genangan air di Jalan DI Panjaitan bisa sampai 300 meter," katanya.

Kini kepuyengan Ngadimin berkurang dengan beroperasinya Kanal Banjir Timur itu. Banjir di sekitar posnya tidak lagi sedada, hanya semata kaki saja. (red/*tif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails