Sabtu, 12 September 2009

Senpi dan Perampokan di Bulan Ramadhan

PELAKU kejahatan ternyata tak melihat waktu dan tempat. Di bulan suci Ramadhan ini pun mereka melakukan aksinya, bahkan di bulan ini tingkat kriminalitas di wilayah hukum Polda Metro Jaya semakin meningkat. Faktanya kejahatan pencurian yang disertai dengan ancaman atau pun dengan kekerasan yang selalu disebut dengan perampokan ini, justru semakin 'menggila'. Tak tanggung-tangung pelaku dalam aksinya menggunakan senjata api (senpi) untuk mengancam serta mencedrai korban.

Bahkan lebih parah lagi, para korbannya rata-rata wanita yang berada di jalan maupun saat berada di rumah sendirian. Selain itu para pelaku setiap kali melakukan aksinya menggunakan modus beragam antara lain, berpura-pura sebagai sebagai tamu dan ada juga secara yang terang-terangan. Setelah korban dilumpuhkan kemudian para perampok ini kabur membawa hasil jarahannya.

Dari catatan PORKIM di bulan Ramadhan ini, sedikitnya ada delapan peristiwa perampokan yang menggunakan senpi dan hanya satu pelaku yang bisa terungkap. Dari delapan perampokan yang menggunakan senpi itu diantaranya peristiwa yang baru saja terjadi menimpa pembantu rumah tangga seorang Dosen Universitas Indonesia. Dalam aksinya di rumah Dr Ir Warjito M.Eng itu, pelaku sempat menodongkan senjata api dan mengancam akan membunuh pembantunya seorang wanita, Mimin, 40 tahun. Dalam aksinya lima orang perampok bersenjata api menggasak perhiasan emas senilai Rp 6 juta.

Aksi yang sama juga menimpa seorang wanita Wanty Setiowati, 34 tahun, korban dipopor kepalanya oleh dua orang perampok saat menyatroni rumahnya. Akibatnya ibu dua anak itu mengalami luka cukup parah di kepalanya dan harus di larikan ke RS Harun. Setelah melumpuhkan ibu rumah tangga tersebut pelaku membawa kabur tas yang berisi uang tunai Rp 1.500.000 dan barang-barang berharga.

Hal serupa juga dialami oleh Riana Andika, 45 tahun, ibu rumah tangga itu terkencing-kencing setelah kepalanya ditodong senjata api oleh kawanan perampok yang berjumlah lima orang. Pelaku datang ke rumah korban dengan berpura-pura menanyakan alamat. Namun, beberapa saat kemudian, salah seorang pelaku yang membawa senjata api itu langsung mengancam akan menembak korban. Dalam keadaan ketakutan itu pelaku membawa membawa sejumlah uang dan barang-barang berharga.

Disamping itu juga, kawanan perampokan bersenjata api juga menyatroni Toko Emas Famili 2 milik Ronald. Dalam aksinya pelaku yang berjumlah delapan orang itu membawa kabur emas milik Ronald seberat ,1,5 kg, setelah melumpuhkan pemilik dengan cara menodong Hendri, 22 tahun keponakan korban dengan senjata api. Dalam keadaan tak berdaya pelaku langsung menjebol etalase dan mengambil isinya berupa kalung, cincin dan lainnya dengan total kerugian sekitar 1,5 kg emas.
Perampok juga menyatroni Toko Sinar Abadi milik Yusdiyanto, 40 tahun, kawanan berjumlah delapan orang itu mendatangi korban saat dua orang karyawannya hendak menutup tokonya. Uang Rp500 ribu serta surat-surat penting disikat setelah pelaku menggetok kepala para korban dengan menggunakan gagang senpi.

Lain lagi dengan nasib yan dialami oleh Aang Juhana, 26 tahun, sopir mobil boks, dia dirampok empat pria bersenpi saat korban sedang beristirahat dalam mobilnya. Dalam aksinya pelaku mengikat warga Kampung Pasir Ranji Rt. 02/02 Cikarang Pusat Bekasi ini, kemudian membawa kabur mobil boks B-9605-IV yang berisi 5 kg kawan solder. Akibat peristiwa itu kerugian yang diderita mencapai ratusan juta rupiah.

Perampokan juga menimpa Sanwani, 51 tahun, seorang tukang ojek. Korban dibegal saat melintas Akibatnya sepeda motorserta uang tunai senilai Rp. 600.000 raib dibawa pelaku. Dalam aksinya pelaku berpura-pura sebagai penumpang minta diantar ke daerah Cimone, Tanggerang. Namun sesampainya di lokasi tiba-tiba pelaku memukul kepala korban dengan gagang senpi.

Namun dibulan suci ramadahan ini, polisi mengungkap kawanan perampok menggunakan senjata api jenis FN buatan Pindad beserta 6 butir peluru. Tersangka Suhendra, 44 tahun, dibekuk saat merencanakan aksinya di rumahnya. Dalam pengakuanya senpi itu dibeli dari seseorang dengan harga relatif murah Rp Rp 2,5 uta, itupun bisa dicicil.

Yang menjadi pertanyaan adalah dari delapan aksi penjahat mengunakan senpi itu mengapa hanya baru satu kasus yang terungkap?

Disarankan kepada Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Wahyono untuk lebih terfokus kepada pengungkapan jaringan penjual senpi gelap yang disinyalir sudah merupakan sindikat. Dan juga seperti pernah dikatakannya untuk serius mengawasi sebanyak 3.000 senpi yang dimiliki warga sipil, yang hingga kini pemiliknya belum juga menitipkan ke Polda Metro Jaya.

Apalagi di bulan suci Ramadhan ini dan mendekati Hari Lebaran, diharapkan Polisi jutru lebih meningkatkan tingkat pengamanan, agar para penjahat khususnya penjahat bersenpi berfikir dua kali melakukan aksinya.(red/jek)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails